Sabtu, 28 Februari 2015

Cerita pendek

Kemarin saya lagi jalan menuju kampus,
terus di depan saya ada bapak-bapak
yang nampol kepala anaknya gara-
gara si anak ngejatuhin sendal yang
dia pakai saat sedang diboncengin.
Karena posisi saya ada di belakang
mereka, saya pun ngambilin sendal yang
jatuh itu. Sendal itu saya kasih ke si
bocah, terus saya mencoba menegur
bapak yang tadi mukulin kepala
anaknya gara-gara hal sepele
tersebut.
“Pak.. Jangan main tangan ah..
Apalagi kepada anak kecil.” saya
memegang pundak bapak itu, lalu saya
melanjutkan. “Lihat.. Anak anda
menangis sesenggukan. Anda tahu
kenapa?”
Bapak itu hanya menggelengkan
kepalanya dengan tatapan penasaran.
Saya kembali ngomong. “Anak ini
menangis, karena dia berfikir anda
sebagai orang tuanya adalah
tempatnya untuk berlindung dari
segala masalah di dunia. Bapaklah yang
menjadi jagoannya. Tapi, di saat
bapak memukulnya, bukan tubuhnya
yang tersakiti, namun kepercayaannya
kepada bapak lah yang tersakiti dan
hancur. Dia ketakutan, karena dia
merasa tidak ada lagi yang mau
melindunginya di dunia ini.”
Mendengar kalimat saya, bapak itu diam
sesaat, tatapannya kosong. Lalu, dia
mengarahkan pandangannya kepada
anaknya, terus ke arah saya.
Ekspresinya berubah, diapun
menjawab, “Nggak usah sotoy! Ini
bukan urusan anda!”
Bapak itu segera menyalakan
motornya, lalu pergi meninggalkan
Saya.
Saya… Nangis sesenggukan di
pinggir jalan.

Kamis, 12 Februari 2015

Aku Mencintaimu Bukan Agar Bahagia, tapi Karena Aku tak Bisa Mencintai yang Lain

Aku tau, mencintaimu salah,
membuat begitu banyak orang marah. Aku juga tak membantah, siapapun yang
membeberkan betapa tak akan ada bahagia yang bisa kudapat darimu, dulu, kini, dan sampai entah.

Bertemu denganmu, sudah takdirku. Dekat
denganmu, adalah pilihanku.
Tapi kini,
mencintaimu, sungguh di luar kendaliku.
Aku mencintaimu, bukan demi kebahagiaan
dan kemudahan hidup, seperti yang mereka
pikirkan. Tapi sungguh, karena tak bisa
kutemukan siapapun yang lain, menjadi
tempat rasa ini kuberikan.

Dan kalian, jangan lagi ingatkan aku, bahwa
mencintainya sebuah kesalahan. Aku sudah
tau, terlalu tau.
Dan kamu, jangan lagi tanyakan aku, apakah
seluruhku akan kuberikan. Aku pasti mau,
terlalu mau.
Karena aku mencintaimu, dengan segala
yang ada, yang belum ada, dan yang akan
ada pada diriku.

Tapi…

Setelah menaklukkan hatiku setunduk-
tunduknya kini, jangan merasa telah
memenangkan sesuatu, bisa saja, ini awal
sebuah kutukan.
Karena akan kubasmi siapapun yang
menghalangimu dariku, walau dialah
sebenarnya orang yang paling kau impikan.
Maafkan aku, tapi ini takdir yang harus
kutuntaskan.
Karenanya, terimalah, dan cinta ini akan
membuatmu menjadi ratu yang diagungkan.
Tak ada pilihan, atau kau akan jadi korban,
dari luapan api rasa yang tak bisa lagi
kukendalikan.

Cinta, aku telah terbakar apimu, jangan
biarkan aku sendirian. Mari ikut bersamaku
menjadi abu, menabur di laut luas
keabadian. Menemui genangan sejarah cinta
yang terdahulu, dan menunggu arus kisah
indah yang akan datang kemudian.
Mau kan?

Selasa, 10 Februari 2015

Untuk Kau, Tempat Rindu Selalu Pulang

Sayang, mencintai rasanya tak pernah
semewah ini. Setiap kita bertemu rasanya di
hati mendadak muncul perayaan megah.
Kembang api melesat tinggi bersaut-sautan.
Ada juga riuh teriak dan tepuk tangan yang
cuma kita berdua yang mendengarnya. Di
antara sunyi kedai kopi berornamen kayu itu
peryaan di dalam sepasang hati kita sedang
berlangsung besar-besaran. Meski senyum dan
tatapan matamu yang penuh aku menyimpan
damai yang aman.
Sayang, ini surat cinta kesekian kali. Semoga
kau tak bosan dengan segala romantisme
berlebihan yang terkesan gombal. Namun
hatiku tak mampu menyimpan rasa ini sendiri.
Hatiku melumpuh total dan terkadang
kesemutan sampai dia sulit berfungsi
semestinya. Dibutuhkan kata dan spasi sebagai
tongkat yang menuntun hati berjalan lebih
baik. Menuju kau, tempat segala rindu selalu
pulang.
Sayang, kita berdua tahu bahwa rindu bukanlah
teman yang baik. Dia mencuri segala
konsentrasi saatku beraktivitas seharian. Membuat
segala kebaikan yang kukemas rapi menjadi
buyar. Membuat hati yang damai mendadak
hancur-lebur porak-poranda. Rindu yang
menghampiriku tak kenal waktu. Terkadang
membuatku kelimpungan. Rindu selalu
memaksaku mengantarkannya ke alamat yang
selalu sama, padamu, tempat dia selalu pulang.

#DSN

Semoga Selalu Kamu

Ada cinta saat melihatmu bahagia. Betapa aku
ingin kamu bahagia, dan betapa aku pantas
membahagiakanmu.
Hati terpulihkan. Seperti ada dekapan yang
menyadarkan. Dekapanmu.
Aku yakin ini waktu untuk aku bersyukur. Dan
Tuhan dapat memakai cerita ini untuk buatku
dilimpahi berkat. Sehingga doa dapat
melahirkan ceria dan mampukanku bangkitkan
orang.
Orang lain. Orang banyak.
Namun ketahuilah sebelum aku semakin
mencintaimu. Ini darahku mengalir tanpa
bayang-bayang masalaluku lagi. Mengelilingi
tubuhku, dan jantungku berdegup untuk kita.
Merayakan kita.
Ada.
Bersama-sama.
Ada satu hal yang sampai hari ini membuatku
bangga didampingimu. Itu karena kamu mampu
terima aku seluruh. Di dalam keadaan sesesak
apapun, terima kasih kamu ada.
Aku memuji Tuhan sebab aku telah siap jika
suatu saat angin malam menarikku kembali dari
bahagia ini, aku tak beranjak. Tidak akan satu
jengkal pun aku bergeser dari teduhku dalam
doamu. Kini hidup jadi terasa bagai di rumah
yang sederhana. Aku tak perlu lagi menjadi
paku yang dipalu, dan tak ada lagi lukisan yang
membuatku terpukul. Aku bersyukur, aku
bersyukur, dan aku bersyukur hingga aku
benar-benar berlutut penuh sukacita.
Pada akhirnya, semoga, selalu kamu yang jadi
satu-satunya kekasih di tiap kumembuka mata
di pagi hari. Semoga selalu kamu.
Amin.