Senin, 19 Januari 2015

Terima kasih untuk cinta dalam doa-doa.

Takkan cukup ratusan kata cinta untuk membalas betapa tulus cintamu padaku. Ada berlapis-lapis rasa sakit yang kau simpan sendiri untuk mewujudkan bahagiaku yang biasa itu. Entah berapa luka yang telah lahir untuk membesarkan aku yang kini dewasa. Mi, kaulah perempuan yang sayapnya tak tampak mata. Membawaku terbang dengan cara yang tak mampu dituturkan. Terima kasih untuk cinta dalam doa-doa. Segala berhasilku lahir dari doa yang tak henti kau lafalkan. Kita tak selamanya bertutur manis. Tapi kita mencinta dalam cara yang direstui semesta.
"ratiyem" :*

#DSN #ibu #perempuan #quote #bukanpuisi #mimi #kasihsayang #terimakasih #cinta #doa

Selasa, 13 Januari 2015

Who Knows, Who The Hell Knows…

Si Ibu tampak kerepotan menggendong
anaknya melewati lorong sempit kabin
pesawat khas kelas ekonomi. Belum lagi dua
tas berukuran sedang yang menambah
bebannya. Tempat duduknya tampaknya
masih jauh.
Benar saja, salah satu tasnya terjatuh.
Isinya, beberapa bungkus makanan kecil,
berserakan di lantai. Penumpang di
belakangnya, seorang pria paruh baya,
dengan sigap memungutinya,
memasukkannya kembali ke tas. “Biar saya
yang bawa,” katanya. Saya yang berada
beberapa meter di belakang mereka, merasa
tersentuh dengan kebaikan si Bapak.
Ternyata si Bapak duduk di sebelah saya. Dia
di sebelah gang. Persis di seberangnya,
duduk si Ibu serta anaknya, berusia kira-
kira 2 atau 3 tahun.
Masalah lain muncul. Begitu lampu di kabin
dipadamkan, prosedur resmi menjelang lepas
landas, anak perempuan itu mulai menangis,
makin lama makin menjadi. Semua upaya
ibunya untuk membujuknya gagal, termasuk
dengan menawarkan makanan ringan yang
sempat terjatuh tadi.
Begitu lampu kembali menyala, dan tanda
mengenakan sabuk pengaman sudah
dipadamkan, Si Bapak di sebelah saya
kemudian berdiri, membuka bagasi kabin,
mengambil tas tangannya, dan
mengeluarkan sebuah bungkusan. Setelah
duduk, dia membukanya. Sebuah boneka
Masha, dengan baju warna merah jambu,
dan tudung kepala berwarna senada.
“Coba kasih ini, Bu, siapa tau dia suka,”
katanya sembari menyodorkan boneka itu.
“Gak usah, Pak,” si Ibu menolak dengan
sopan.
“Gak apa-apa. Kasih aja.”
Dengan kikuk si Ibu menerima boneka itu,
dan begitu diberikan kepada anaknya, bukan
saja tangisannya langsung berhenti, tetapi
dia juga langsung tersenyum, seolah
raungannya barusan cuma sebuah drama.
“Yaudah, biar buat dia aja. Mestinya itu
oleh-oleh untuk cucu saya. Kira-kira seusia
dia juga,” kata si Bapak.
Si Ibu makin tak tahu harus bicara apa.
“Gak apa-apa, nanti saya bisa beli lagi. Lagi
banyak yang jual tuh boneka. Lagi musim,”
katanya meyakinkan.
Saya pun tak bisa menahan diri untuk tidak
memuji lelaki hebat itu.
“Bapak baik sekali.” Standar. Aku tak bisa
menemukan kata-kata lain untuk
menyatakan kekaguman.
Bapak itu tersenyum. “Pada dasarnya semua
orang baik,” katanya.
“Benar, Pak. Pada dasarnya. Tapi Bapak
juga pada praktiknya.”
Dia tertawa kecil. “Terima kasih…”
Benar-benar sebuah reaksi yang pas. Dia
tidak pura-pura merendah, dengan
menyatakan itu bukan apa-apa, tetapi juga
tidak senang berlebihan.
Setelah sempat terdiam beberapa lama,
Bapak itu bicara lagi. “Saya cuma berpikir,
siapa tahu ini adalah kesempatan terakhir
saya untuk berbuat baik…”
Faaaakkkk!! Perasaanku campur aduk. Antara
mengamini ucapan si Bapak dan menjadi
sedikit gelisah bahkan parno. Tak sadar aku
kembali mengenakan sabuk pengaman yang
tadi sudah kulepas.
Si Bapak seolah bisa mengeja kecamuk
pikiranku.
“Tidak saja karena kita saat ini sedang
berada di dalam pesawat loh. Setiap saat,
seaman apapun kelihatannya, bisa saja
menjadi kesempatan terakhir kita untuk
berbuat baik. Kan gak ada yang tau?”
katanya.
Sekali lagi Anda benar, Pak.
Who knows. Who
the hell knows…

*Kisah kecil ini terjadi, saat saya dalam
sebuah penerbangan Padang-Bandung,
beberapa tahun lalu.

#DSN #repost

Sabtu, 10 Januari 2015

Aku, rumahmu. Yang mencintaimu.

Malam yang biasa saja.
Aku masih belum mengantuk karena jadwal tidur yang kacau. Hati masih berbunga-bunga meski kemarin perang dingin dengan kekasih tak
dapat dielakkan. Dalam rindu yang tiba-
tiba mampir, sepotong pesan pendek akan ku kirimkan kepadamu    .
Dari kekasih mu, seseorang berhati luas. Yang mencintaimu tanpa batas.

Dear Mutiara❤
Sampai hari ini, aku masih tidak
menyangka bahwa aku, si dodol yang
waktu itu memintamu sekarang
merasakan kamu benar-benar di
pelukku. Kau bilang pelukku adalah
rumah bagimu. Dalam hati aku mengucap
“Terima kasih sudah menjadikanku suatu kepulangan bagimu”.
Sayang, aku tidak akan pergi jauh. Aku
tahu, kini pelukku adalah rumah bagimu.

Sebagaimana layaknya rumah. Aku tidak
berniat untuk memindahkannya.
Aku, rumahmu. Yang mencintaimu.
Hatiku menghangat. Air mataku mengalir.
Ada bahagia yang tak dapat kututurkan saat telah bersamamu.

#DSN

Memeluk Seratuslimapuluh

Singkat cerita, Aku mencintaimu.

#DSN

Mensyukuri Enampuluh

Hari ini hati kembali menghangat. Ada
kebersamaan yang memercik memberi
syukur yang dibiaskan kebahagiaan. Pagi ini tak ada tanganmu yang kugenggam atau kecupku yang mendarat di jidat. Tapi mengetahui kalau kita masih saling memiliki
adalah satu dari segala indah yang
terlanjur lahir di bumi.
Semesta adalah saksi yang tak berdiam diri.
Dia merekam segala perjuanganmu untuk meraih aku yang dulu hancur dalam kegagalan. Kau satukan segela kecewa yang dulu mampir menjadi keutuhan yang memberi harapan.
Kau, kekasihku yang tak
kenal lelah adalah berkah yang dihadiahkan semesta untukku yang dulu pernah ditemani luka.
Kita masih bersama dalam hari-hari yang
semakin banyak jumlahnya. Untuk itu
tak ada yang lebih ajaib dari menikmati
ritme hidup yang membuat kita semakin
saling cinta.
Terima kasih untuk mencintai setiap
kekuranganku yang takkan pernah
sempurna. Terima kasih untuk selalu tak
marah jika aku mengeluh ini-itu yang
membuat hidupmu tak mudah. Terima kasih untuk selalu menggenggam tanganku meski satu dunia berpaling menjauh. Terima kasih
untuk segala sabar yang kaupikul meski
hatiku kadang jatuh dan rapuh. Terima
kasih menjadi orang pertama yang
mencundangi matahari dengan sapa selamat pagi. Terima kasih untuk tak menyerah meski jalan kita kadang tak mudah.
Kau, yang hatinya terlalu luas untuk
kuarungi adalah keajaiban yang takkan
pernah lahir dua kali dalam hidupku. Untuk semua yang indah dan siksa, aku berterima kasih. Jangan menyerah untuk kita meski dunia terkadang tak memihak di setiap langkah.
Selamat hari keenampuluh. Tetaplah
menjadi satu-satunya yang mencintaiku
dengan hati penuh yang seluruh..
Duapuluhtujuhjuliduaribuempatbelas.
#DSN

Menggenggam Seratusduapuluh

Hari ini genap seratusduapuluh hari aku
mencintaimu. Cinta kita tumbuh subur
dengan semestinya. Walau dalam
menjalaninya tak jarang kaki kita
tersandung kerikil yang menguji sabar dan debu-debu nakal membuat langkah kita tak seimbang.
Kau mencintai dengan caramu yang selalu kusuka. Meski terkadang pertengkaran menjadi selingan dalam cinta yang sedemikian ajaibnya, aku tetap mau melewati seratus dua puluh hari kedepan bersamamu. Hanya padamu. Kau tak sempurna.Ada banyak sifatmu yang kukutuk dan kubenci sedemikian nistanya.Walau jika hadirmu tiba-tiba tak ada segala yang kubenci itu menjelma rindu-rindu menjengkelkan. Saat itu aku
tahu bahwa kau dan segala kurangmu
adalah sepaket kebahagiaan yang kumau.
Kau, yang tak sempurna itu adalah
sepasang sayap yang membuatku terbang
tinggi tanpa melupa pulang. Karena
sekarang pulang bagi kita adalah pelukan.
Padamu aku menjadi diriku sendiri yang
ajaibnya lebih baik. Saat kau menatapku
lekat, sepasang bola matamu memantulkan
aku yang lain. Aku yang lebih indah. Entah
mengapa aku menjelma lebih indah dalam
matamu. Atau cinta yang memang
menyebabkannya begitu?
Dalam kebersamaan kita bertumbuh. Kau
yang berusaha sekuat tenaga membuatku
bahagia. Kau yang dengan susah payah
membuat sedihku sirna dan segala egoisku
terkikis dalam masa yang sedemikian
singkatnya. Padamu tak ada yang sia-sia.
Padamu membuat segala sulit mendadak
mudah asal genggam tanganku tak kau
lepas dan pelukanmu tetap kau jaga
hangatnya.
Aku adalah siberuntung yang tahu diri. Kau
adalah si beruntung yang diberkati. Kita
berdua beruntung dipertemukan takdir.
Perlahan jatuh cinta sehingga membuat
dunia menjadi taman bermain
menyenangkan hingga berpisah rasanya
mendadak tak mungkin.
Ada seratusduapuluh hari saat namamu
yang selalu kusebut di dalam doa. Ada
kebersamaan kita yang kurapalkan di setiap
aku berbincang dengan Sang Pencipta. Di
seratus dua puluh hari ini tak lagi kuminta
banyak. Genggamlah tanganku saat kau
berjalan santai, berlari tergesa-gesa atau
duduk tersungkur di saat lelah. Aku ingin
menjadi satu-satunya tempatmu pulang dan
merasa bahwa kapanpun dan dimanapun kau
akan selalu menemukan rumah.
Yang mencintaimu,
Aku.

#DSN

Menyelami Sembilanpuluh

Kekasih, terima kasih telah mengizinkanku
menyelami sisi lain hidupmu. Kutemukan
segala kau yang baru. Kutemukan kita yang
lain yang membuat kebersamaan ini indah
meski tak mudah.
Kekasih, jangan ragu untuk menyelami
segala rasa yang mampir di sepasang hati
kita yang hangat. Jangan pernah kau tolak
rindu yang memberi perih, jangan pernah
kau kutuk sakit hati yang menjadikan
hidupmu semakin kuat.
Kekasih, ini adalah hari sembilanpuluh. Ada
berpuluh-puluh malam dimana doa mu yang
mengiring tidurku. Ada puluhan pesan cinta
yang membuat senyum pertamaku setiap
hari. Ada belasan pertengkaran, ada
belasan kesal dan sedih kita. Tapi atas
nama cinta, kita masih bersama sejauh ini.
Hatimu samudera, akulah penjelajah.
Kuarungi hatimu yang terlampau luas.
Kuselami isinya dan kutemukan keindahan
bernama kekitaan yang membuat air mata
bahagiaku mendadak tumpah. Hatimu
samudera dan akulah penjelajah berani
yang tak pernah menyerah.
Kekasih, masih kuingat kali pertama kita
berbagi kecup. Terlalu terburu-buru dan
tak mampu kunikmati dalam pagut. Tapi,
hingga malam kesembilan puluh masih belum
bisa kulupakan saat kita melebur satu. Ada
gugupmu di situ, ada senyum maluku yang
membuat sore begitu cemburu.
Ini adalah sembilanpuluh pertama. Kuselami
kau sebagaimana kau selami aku yang tak
sempurna. Jangan pernah menyerah atas
segala yang sedang kau perjuangkan.
Karena bagaimanapun, kita adalah
kebersamaan yang lahir bukan karena
ketidaksengajaan.
Aku mencintaimu. Selalu.

#DSN

Merayakan tigapuluh

Hari ini aku merayakan kita. Tidak dengan
sebuket bunga atau ciuman-ciuman
memburu di ranjang kita yang gelisah.
Kebersamaan kurayakan dengan
kebersamaan yang kita curi dari segala
sibuk yang tak bisa pergi. Ada kau di
seberang mejaku adalah cukup yang takkan
bisa terganti. Ada senyummu yang menulari
senyumku adalah sesederhananya bahagia
yang selalu kita bagi.
Hari ini kita merayakan kekitaan.
Merayakan komitmen yang sudah kita
bangun dari kepercayaan yang teguh dan
perjuangan yang tak mudah rapuh. Di
dalamnya ada sabarmu yang menggunung. Di
dalamnya ada raguku yang terkadang
begitu mengganggu. Meski begitu di
dalamnya juga terpatri kasih sayang yang
semakin ke sini semakin besar. Sayang yang
tumbuh subur di antara hati serupa gurun
yang mendadak ditumbuhi tanaman.
Hari ini kita merayakan tigapuluh hari yang
menakjubkan. Ada peluk dan cium yang
membara di sana. Ada erangan dan desah
yang saling bertindih yang membakar pori-
pori kita. Ada kesalku yang menebar benci.
Ada kebodohanmu yang membuatku hilang
kendali. Ada tawa yang memekak sunyi. Ada
tangis yang sengaja tumpah dalam haru
kita sendiri. Ada kau yang cinta aku. Ada
aku yang mencandumu. Ada kita yang
melahirkan kita. Ada kita yang mengutuk
segala pisah.
Sayang, mari rayakan segala rasa yang
menari di atas panggung kebersamaan.
Mari biarkan tigapuluh hari menua menjadi
tigapuluh minggu, bertumbuh menjadi
tigapuluh bulan dan semakin besar menjadi
tigapuluh tahun yang terus berkali lipat
jumlahnya.
Padamu tak kuminta banyak. Hanya berbagi
hangat di kala hati mendingin ngilu. Hanya
sepotong sayang saat rasa menghilang
dalam lalu. Hanya sebuah pulang di saat
pikiranmu meragu.
Duapuluhtujuhjuliduaribuempatbelas

Ditulis oleh seseorang berhati luas. Yang
mencintai tanpa batas.
#DSN

Jumat, 09 Januari 2015

Twitter dan Instagram

Silahkan di follow,kawan.

Twitter : dedisutrisno92
Instagram : dedisutrisno92

Pada Awalnya Cinta, dan Persahabatan yang Membuatnya Bertahan

Seharusnya cinta tidak seperti banjir;
sesaat meluap-luap menggenangi dan
menenggelamkanmu dalam bahagia, tapi
kemudian surut perlahan dan yang tersisa
hanya lumpur kenangan.
Apalagi seperti kembang api; menyilaukanmu
dalam gemerlap sekejap, dan kemudian
menghilang lenyap dan kau terkatung dalam
senyap.
Tantangan terbesar bagi cinta adalah
waktu. Musuh terbesar bagi cinta bukanlah
pengkhianatan, tetapi kebosanan.
Cinta bukanlah rumah yang tuntas sekali
bangun. Bukan tugu yang kokoh bertahan
melawan dera zaman dan kepungan
lelumutan. Dia lebih seperti tanaman; jika
dirawat dengan tekun akan tumbuh
memekar, tetapi kalau dibiarkan telantar,
akan layu, mengering hingga ke akar.

Saya banyak bercermin kepada mereka yang
bisa mempertahankan pernikahan sampai
puluhan tahun. Diam-diam di dalam hati,
pasangan yang setia sampai renta, selalu
membuat saya iri.
Romanstisme bukanlah sepasang remaja ABG
yang bergandengan tangan di depan loket
penjual karcis bioskop, atau kata-kata
puitis yang dikirim pria yang baru saja jatuh
cinta, dua hari lalu. Tetapi Kakek dan Nenek
yang berjalan tertatih, dan melihat mereka,
kita tak pernah tahu, siapa sebenarnya
yang sedang memapah siapa…
Sejauh yang saya mampu pelajari dari
pasangan seperti itu, cinta ternyata hanya
bisa diawetkan dengan persahabatan.
Bisalah diibaratkan kalau cinta itu seperti
motor 2 tak; meledak-ledak, kencang gak
karu-karuan, tetapi boros dan kurang cocok
untuk perjalanan panjang. Di sisi lain,
persahabatan seperti motor 4 tak atau
malah mobil diesel; mungkin agak kurang
spontan, tetapi tidak saja tahan lebih lama,
tetapi juga makin lama makin panas dan
stabil.
Ada ungkapan yang agak sarkastis (tetapi
sangat ada benarnya) bahwa cinta
seharusnya berakhir dengan pernikahan.
Artinya, ketika menikah cinta memang akan
berakhir. Dan memang banyak pasangan
yang tersentak ketika menyadari bahwa
pernikahan ternyata tidaklah sesederhana
(apalagi seindah) yang dibayangkan.
Udah panjang aja nih tulisan. Yang mau
disampaikan sesungguhnya, jadikanlah
pasangan sebagai sahabat terbaik. Pastikan
dia berada di tempat teratas dalam daftar
orang yang ingin Anda ajak curhat atau
sekadar diskusi tentang apapun.
Sempatkanlah bertukar lelucon terbaru
dengannya. Cari atau bila penting ciptakan
hobi yang bisa diminati bersama. Dsb. Hal-
hal kecil, tetapi terbukti efektif
mengukuhkan persahabatan.

#DSN

Sepertinya, Persahabatan Memang Lebih Bernilai daripada Cinta

Persahabatan itu juga sebuah bentuk cinta,
hanya saja dilengkapi oleh pengertian.
Friendship is love, with understanding. Anda
tentu pernah dengar bahwa cinta itu buta.
Oleh karenanya, cinta bisa menghilangkan
objektivitas, menggiring kita untuk berlaku
tidak adil, termasuk kepada diri sendiri.
Persahabatan juga mirip-mirip sebenarnya.
Seorang sahabat sejati, akan membela kita,
apapun ceritanya. Tetapi bukan karena
persahabatan itu buta seperti cinta. Ia
hanya memilih menutup mata. Artinya,
pilihan sikap itu dibuat dengan kesadaran.
Kemudian, cinta hampir selalu dicampuri
oleh rasa ingin memiliki, bahkan menguasai.
Padahal, sebuah hubungan yang sehat,
apapun bentuk dan tingkat kedalamannya,
seperti sudah sering digambarkan orang,
adalah ibarat menggenggam pasir. Jika
pasir itu digenggam dengan tangan terbuka,
held losely, setiap butirannya akan bertahan
di telapak tangan. Begitu kita
menggenggamnya kuat-kuat, justru karena
tak ingin kehilangan sebutir pun, don’t
wanna miss a thing gitu deh, butir demi
butir akan “melarikan diri” dari sela
jemarimu. Sementara butiran yang terjebak
tak bisa meloloskan diri, mulai menebar
perih di telapak tanganmu, dan pada
akhirnya, tak pilihan lain kecuali
melepasnya juga.
Nah, persahabatan, tidak seperti cinta,
adalah holding losely itu, genggaman yang
memberi ruang. Tetapi kalau ada yang
mengganggu, kita tetap meringsek maju
membela, lebih ganas dari beruang.
Terakhir, banyak persahabatan berakhir
menjadi cinta. Sementara tak pernah
terdengar, cinta yang berakhir menjadi
persahabatan. Persahabatan yang sungguh-
sungguh, tentunya, bukan basa-basi biar
jangan terlihat terlalu terluka dalam
konferensi pers di depan wartawan
infotainment.
Jika demikian, sepertinya tak ada harapan
untuk mengangung-agungkan cinta? Tidak
juga. Mengapa tidak menjadikan orang yang
kau cintai sebagai sahabat terbaikmu: yang
kau sayangi dengan pengertian dan
pemahaman, yang kau memilih menutup
mata, menerima kekurangannya, bukan
buta untuk terus memujanya tanpa pernah
mau tahu siapa sebenarnya dia, yang kau
genggam tangannya dengan genggaman
ringan, buah dari kepercayaan dan
keinginan untuk memberinya ruang
menghirup bahagia, bukannya membuatnya
jadi binatang piaraan yang disayang-
sayang dalam kandang mewah bertabur
kembang, yang sebenarnya hanya
membuatnya merasa terkekang, siang
malam, pagi dan petang..

#DSN

Kamis, 08 Januari 2015

Datangmu Itu Hidupku

Demi Tuhan cinta yang ini lain, yang kepadamu.Memandang wajahmu aku lebih dari terlena, oh tidak kusangka aku berdiri di hadapanmu.Mengertilah aku lelaki yang tidak kuat tahan senyuman, mengertilah telah semampunya aku buatmu nyaman. Sementara waktu mengepungku di satu ruang. Aku salut menjadi aku yang berharap ada, di malam ini, di saat ini.

Di dekatmu.
Hidup terasa baru.
Betapa sederhana tak sia-sia, kita ada
bersama asa. Di pikiranku; apa maumu, apapun itu, kuusahakan. Kaulah semangatku membanting tulang. Kutuntaskan tugas- tugasku dengan cepat sebab aku rindu kau.
Kepadamu ada beberapa hal yang aku ingin sekali bilang tidak, namun kedip matamu meluluhkanku. Dan ada beberapa hal yang aku ingin sekali bilang ya, namun terkadang ‘tidak’ itu untuk kebaikanmu. Jujur, sempat kikuk
kujumpai aku yang cinta kau ini. Heran saja!
Akhirnya hatimu ada untukku.
Cinta ada bukan untuk membebani. Dan aku cukup lega dicintaimu. Oh aku rindu kepada aku di hari-hari depan, yang juga didampingimu.Dari kehadiranmu aku menemukan persamaan antara udara dan kata-kata. Aku terpulihkan,
jiwaku terselimuti. Setiap aku mengangkat kaki ini, aku tahu, tak satupun langkahku yang lepas dari doamu. Sungguh kubersyukur, adamu
mewarnai waktu berjalan.
Sekarang, bantulah dirimu sendiri, supaya mencintaku, kau terkendali. Aku yang dulu, yang belum dicintaimu, sudah lewat.
Aku adalah sekarangmu, dan kaulah sekarangku.
Terpujilah Tuhan kumencintai dan dicintai orang yang mencintai hidup; kau.


#DSN

Bismillah

Bismillah