Sabtu, 10 Januari 2015

Menggenggam Seratusduapuluh

Hari ini genap seratusduapuluh hari aku
mencintaimu. Cinta kita tumbuh subur
dengan semestinya. Walau dalam
menjalaninya tak jarang kaki kita
tersandung kerikil yang menguji sabar dan debu-debu nakal membuat langkah kita tak seimbang.
Kau mencintai dengan caramu yang selalu kusuka. Meski terkadang pertengkaran menjadi selingan dalam cinta yang sedemikian ajaibnya, aku tetap mau melewati seratus dua puluh hari kedepan bersamamu. Hanya padamu. Kau tak sempurna.Ada banyak sifatmu yang kukutuk dan kubenci sedemikian nistanya.Walau jika hadirmu tiba-tiba tak ada segala yang kubenci itu menjelma rindu-rindu menjengkelkan. Saat itu aku
tahu bahwa kau dan segala kurangmu
adalah sepaket kebahagiaan yang kumau.
Kau, yang tak sempurna itu adalah
sepasang sayap yang membuatku terbang
tinggi tanpa melupa pulang. Karena
sekarang pulang bagi kita adalah pelukan.
Padamu aku menjadi diriku sendiri yang
ajaibnya lebih baik. Saat kau menatapku
lekat, sepasang bola matamu memantulkan
aku yang lain. Aku yang lebih indah. Entah
mengapa aku menjelma lebih indah dalam
matamu. Atau cinta yang memang
menyebabkannya begitu?
Dalam kebersamaan kita bertumbuh. Kau
yang berusaha sekuat tenaga membuatku
bahagia. Kau yang dengan susah payah
membuat sedihku sirna dan segala egoisku
terkikis dalam masa yang sedemikian
singkatnya. Padamu tak ada yang sia-sia.
Padamu membuat segala sulit mendadak
mudah asal genggam tanganku tak kau
lepas dan pelukanmu tetap kau jaga
hangatnya.
Aku adalah siberuntung yang tahu diri. Kau
adalah si beruntung yang diberkati. Kita
berdua beruntung dipertemukan takdir.
Perlahan jatuh cinta sehingga membuat
dunia menjadi taman bermain
menyenangkan hingga berpisah rasanya
mendadak tak mungkin.
Ada seratusduapuluh hari saat namamu
yang selalu kusebut di dalam doa. Ada
kebersamaan kita yang kurapalkan di setiap
aku berbincang dengan Sang Pencipta. Di
seratus dua puluh hari ini tak lagi kuminta
banyak. Genggamlah tanganku saat kau
berjalan santai, berlari tergesa-gesa atau
duduk tersungkur di saat lelah. Aku ingin
menjadi satu-satunya tempatmu pulang dan
merasa bahwa kapanpun dan dimanapun kau
akan selalu menemukan rumah.
Yang mencintaimu,
Aku.

#DSN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar