Kamis, 25 Juni 2015

RATIYEM ibunda tersayang :*

Ibuku suka mawar. Ibu seperti mawar. Wangi doanya tak tertawar. Tajam nalurinya nyaris selalu benar. Ibuku gemar menyapu. Tak suka lantai berdebu. Tak suka aku berdarah barang sekuku. Ibuku tak bisa menari. Tak bisa menyanyi. Ia biarkan aku menari setinggi matahari. Bernyanyi selantang dewa-dewi. aku terberkahi. Ibuku tak terpelajar. Tak suka belajar. Ia mahaguru tanpa gelar. Ia pengingat salah benar. Ia menilai dengan sabar. Ibuku bukan santri. Ibuku jarang mengaji. Ia percaya dosa tak berciri, pahala tak terbeli. Ia kitab tanpa predikat suci. Ibuku tak selembut salju, tak sekeras batu-batu. Saat ku belum juga mengetuk pintu, ia di sana setia menunggu. Ibuku tak semenyala api, tak seputih melati. Tanpa pamrih memberi. Tanpa lelah mengamini segala doakami. Ia sewarna-warni pelangi. Ibuku bukan malaikat. Ibuku bukan besi berkarat. Ia mencintai tanpa sekat. Memaafkan tanpa syarat. Ia tak benci keringat. Ibuku menanak nasi. Ibuku membuat sambal terasi. Ia tak pandai membuat solusi, tapi selalu mencoba mengerti. Ia arti. Ibuku tak menyala dalam gelap. Ibuku bukan dewi bersayap. Ia tersenyum, juga meratap. Buat ku kapanpun, ia di sana selalu siap. Ibuku bukan sempurna tanpa celah. Ibuku berbuat salah. Demi senyum ku, ia kerap mengalah. Pendengar setia setiap kisah. Ia berkah. Ibuku bukan peri, pun bukan maharani. Ia tak bisa ikat dasi. Meski tak selalu berisi, kalimat-kalimatnya sepenuh hati. Ibuku tak punya istana. Ibuku tak bermahkota. Saat mata terbuka, Ia yang pertama, yang tak habis ujungnya. ia cinta :*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar